Apakah ini takdir?
Aku sempat berfikir ini hanya
kebetulan saja.
Tapi ternyata ini benar takdir.
Dia.
Yang dulu pernah mencampakkan
aku.
Meninggalkan ditengah ramainya
gemuruh hati.
Meninggalkan disaat semi berlabuh
dan enggan pergi.
Kini kembali.
Entah apa yang terjadi.
Ucapan yang sebenarnya hanya
sekelibat.
Kini benar adanya.
Ucapan yang mungkin aku ucapkan
saat tak sadarkan diri.
Namun aku masih bertanya.
Lantas untuk apa dia kembali?
Disaat musim semi kini kembali
hujan.
Disaat kesepian kini menjadi
ramai.
Apakah kau masih bertanya
bagaimana hatiku?
Hah.. Ini Rumit!
Jujur.
Aku pernah benar-benar
mengharapkan kau kembali.
Berharap kau kembali mengulurkan
tanganmu.
Berharap kau membalikkan
punggungmu.
Berharap akan ada lagi bahu yang
nyaman.
Hanya untukku.
Ya untukku.
Namun, tidak untuk saat ini.
Karna apa?
Karena aku telah melupakan apa
yang seharusnya dilupakan.
Berharap sesuatu hal yang tak
seharusnya diharapkan.
Dan menunggu yang seharusnya tak
ditunggu.
Aku lelah.
Terima kasih kau menyempatkan
waktumu untukku.
Mengungkapkan janji yang dulu
pernah kita ucapkan bersama.
Mengingkatkan akan semua memori
yang telah lalu.
Dan melabuhkan kembali hatimu.
Walaupun aku akan tetap
menolakmu.
Tuhan akan memberi kesempatan yang
lebih baik.
Jikalau memang ada kemauan
merubah semuanya menjadi baik.
Dan yang harusnya kau lakukan
saat ini adalah intropeksi.
Bagaimana perasaan bunga yang
waktu itu ber-mekaran tapi justru kau injak.
Bagaimana perasaan mentari pagi
yang harusnya cerah tapi kau malah memohon datangnya hujan.
Semua itu tak akan kembali lagi.
Berfikirlah!
No comments:
Post a Comment